Arsip sebagai
dokumen tertuis tidak pernah dengan sengaja diciptakan untuk kepentingan
sejarah. Tidak terpikirkan oleh seorang residenbahwa laporan –laporan pedesaan
yang ditulisnya kemudian menjadi bahan penting untuk penelitian sejarah.
Demikian juga dengan terjadinya Perang Diponogoro yang berlangsung pada tahun
1825-1830 di daerah Yogyakarta. Laporan-laporan yang ditulisnya pertempuran itu
hanya menggambarkan peristiwa yang sesungguhnya terjadi, misalnya jumlah korbn
yang tewas; jumlah kerusakan rumah, lahan pertanian dan tanaman perkebuna;
jumlah orang yang mengungsi; bantuan makanan dan pakaian ; dan sebagainya.
Semua laporan itu ditulis dengan maksud agar pemerintah yang berkuasa pada
waktu itu mengetahui dengan persisperistiwa yang sebenarnya terjadi. Mereka
yang membuat laporan mengenai terjadinya pertempuran itu tidak pernah berfikir
bahwa laporan ini nantinya sangat
penting dan perlu menjadi rujukan bagi kepentingan-kepentinganlainya.
Laporan-laporan
tertulis mengenai peristiwa Perang Diponogoro itu pad akhirnya menjadi arsip
yang dapat dijadikan sebagai bahan atau sumber penelitian sejarah, ekonomi,
politik, dan budaya. Arsip sebagai sumber penelitian memperoleh tempat yang
pertama sebagai bahan yang dipergunakan dalam penelitian untuk penulisan
sejarah dengan pertimbangan bahwa arsip dan sumber-sumber lainya, seperti surat
kabar, laporan-laporan, dan majalah, yang diciptakan dalam suasana yang sezaman
dan dekat dengan kejadiannya serta dapat berarti sebagai firshands knowledge.
Gambar
1.1
Perang
Diponegoro
Seperti yang
disebutkan bahwa bahan arsip diperlukan juga dalam penelitian berbagai cabang
ilmu. Dengan demikian, segala jenis informasi yang tercangkup dalam catatan
arsip dapat menjadi bukti penjelasan dan acuan bagi kepentingan analisis.
Mungkin pada masa lalu orang tidak begitu menggubris arti sebuah kuitansi
pembayaran honorarium penulisan yang dilakukan sebuah majalah di masa
Pemerintahan Kolonial Belanda kepada Seokarno. Bagi seorang ahli sosiologi,
kertas kecil itu sangat berarti untuk melihat situasi social dan tinggkat
perkembangan kuitansi yang dipergunakan pada waktu itu. Dengan mellihat secarik
kertas tersebut seorang ahli ekonomipun tentunya akan berusaha mengetahui
beberapa besar yang dibuat oleh majalah itu. Dengan demikian, banyak hal dan
gambaran yang dapat diperoleh dari apa yang tercantum, terekam, dan
tertulisdalam arsip sebabarsip itu sendiri
berarti catatan tentang segala kegiatan kehidupan manusia baiik secara
pribadi, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat, maupun sebagai
anggota sebuah bangsa.
Mungkin
anda pernah mendengar atau membaca dari beberapa sumber mengenai meletusnya
gunung Krakatau yang terjadi pada 26 Agustus 1883. Begitu dasyatnya gunung itu meletus
dan tercatat sebagai erupsi terbesar yang pernah terekam dalam sepanjang
sejarah dunia. Pastinya Anda sudah membayangkan berapa kerugian yang harus
diderita oleh penduduk yang bertempat tinggal disekitar daerah itu, berapa yang
meninggal, berapa yang mengungsi, berapa rumah yang hancur, serta berapa lahan
pertanian dan perkebunan yang rusak akibat peristiwa itu. Untuk mengetahui
semua itu instansi pemerintah yang
mempunyai kewenangan dalam menangani masalah itu tentunya membuat
laporan-laporan sesuai apa yang mereka lihat dan saksikan. Pembuatan laporan
secara tertulis mengenai peristiwa itu disampaikan dalam pemerintah yang
berkuasa pada waktu itu sehingga pemerintah dapat bertindak untuk membantu
orang-orang yang terkena musibah. Sipenulis tidak pernah berfikir bahwa
laporanya akan dibaca oleh para peneliti baik dibidang ekonomi , social,
budaya, geologi, geodesi, maupun sebagainya. Berikut ini saya akan
memperlihatkan kepada Anda salahsatu arsip kertografi (peta) yang berkaitan
dengan peristiwa diatas. Arsip ini
menggambarkan besarnya sebuah pulau sebelum dan sesudah .
Gambar 1.5
Perbandingan Pulau
Krakatau Sebelum dan Sesudah Letusan Gunung Krakatau
Pada sisi yang
lain, mungkin Anda pernah mendengar Memori van Overgave, yaitu semaacam laporan
tertulis dan merupakan bahan pertanggung jawaban dari seorang penjabat
pemerintahan pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda yang akan meninggalkan
tugas yang pernah diembanya (sekarang disebut memorandum akhir jabatan). Hal
ini perlu dilakukan agar kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan oleh pejabat
itu dapat diketahui secara lengkap oleh
pimpinanya atau dapat dipergunakan sebagai bahan referensi bagi para pejabat
lainya yang menggantikanya. Dengan demikian diharapkan pejabat pengganti telah
mendapatkan informasi mengenai daerah yang bersangkutan yang dapat membantu menyalenggarakan tugas dan
kebijaksanaan yang akan dijalankan selanjutnya. Laporan – laporan yang
ditulisnya menganai perjalanan kariernya pada akhirnya dapaat disebut sebagai
arsip. Dengan adanya arsip itu para peneliti akan lebih mudah melakukan
penelitianya untuk mengetahui keadaan yang terjadi pada suatu daerah tertentu
yang pernah di pimpin oleh pejabat itu.
Untuk member gambaran
yang lebih jelas kepada anda mengenai pentingnya arsip bagi sebuah penelitian,
berikut ini terdapat beberapa sudut pandang akademis yang menempatkan arsip
sebagai sumber penelitian.
- Arsip merupakan sumber sejarah yang menempati kedudukan tertinggi disbanding sumber lainya.
- Arsip diciptakan dengan suasana sejaman dengan peristiwanya.
- Arsip merupakan fisthsnd knowledge yang kredibilitasnya dapat diandaalkan.
- Arsip mempunyai nilai informasi dan nilai kebuktian.
Dengan memahami
beberapa hal yang telah disebutkan pada giliranya Anda diharapkan lebih
mengetahui lebih dalam lagi akan pentingnya arsip dalam sebuah penelitian.
Tanpa adanya arsip yang didukung sumber lainya seperti surat kabar,
laporan-laporan, foto, artefak, dan lain-lain apapun penelitian yang dilakukan
tidak akan menghasilkan karya yang baik atau dapat di anggap juga tulisan itu
hanya rekaan atau imajinasi pengarang.
Namun demikian,
menempatkan arsip secara istimewa dalam
golongan sumber yang paling primer tidak berarti membebaskanya dari sanggahan
kritik, seleksi, dan analisis sumber. Sebagai mana sumber atau data lainya,
arsip juga tidak lupa luput dari keharusan mempertanyakan kredibilitasnya. Jarak
yang terlampaui antara kejadian, penciptaan dokumen, dan dimensi objektivitas yang
lepas dari jarak daan waktu tetap memerlukan kemampuan dipertanyaakan melalui tabel,
angka, dan deskripsi yang disampaikan dalam setiap laporan politik atau laporan
administrasi, apakah benar adanya seperti itu. Masalahnya banyak pejabat
pemerintahan pada waktu itu ataaupun yang terjadi sekarang ini sering terjadi
laporan yang sifatnya asal bapak senang (ABS). Karena itu penelitian tidak
hanya menerima laporan dalam arsip
begitu saja. Laporan ini dapat di
cek kembali dengan menggunakan sumberlainya, seperti, Koran, majalah, sejarah
lisan, dn lain-lain. Untuk itu peranan penelitian dalam ilmu apapun harus cermat
dan teliti dalam menyikapi arsip yang akan dijadikan sumber penelitian. Oleh
karena dengan mengacu pada pembicaraan di atas, penelitian yang akan
dilakukanya diharapkan akan menghasilkan karya yang baik dan sesuai dengan
data-data yang ada. ASIP 4102/MODUL 1
sangat bermanfaat, semoga typonya makin berkurang.
BalasHapus